Rabu, 21 Maret 2018

Lemahnya Sumber Daya Manusia di Indonesia

Nama   : Syarah Ayu Nur Annisa
Kelas   : PBS 2 D

PENGANGGURAN TERDIDIK BERSERAKAN

Apa yang akan terjadi dengan bangsa kita ini, jika penguasanya adalah pihak asing? Berapa banyak masyarakat Indonesia yang lulus perguruan tinggi? Berapa banyak pula lulusan perguruan tinggi yang siap kerja? Berapa persen kualitas sumber daya manusia yang Indonesia miliki? Ya, betapa mudahnya tenaga asing mendapat pekerjaan di Indonesia, di saat masyarakatnya sendiri mengantre panjang untuk mendapat pekerjaan. Presiden Joko Widodo sendiri meminta, agar proses izin tenaga asing di permudah, di samping masyarakatnya yang sulit mendapat pekerjaan.
Di berbagai negara, pengangguran menjadi masalah utama. Khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia. Ketidakmampuan angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan sesuai keinginan, mendorong tingginya pengangguran. Tingginya jumlah penduduk Indonesia turut memicu masalah ketenagakerjaan. Penduduk usia produktif di Indonesia sebenarnya sangat banyak. Dari data statistik yang didapat pada Agustus 2016, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 128,06 juta penduduk. Sedangkan pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 10,70%. Dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pengangguran terbuka paling tinggi adalah SMK, sebesar 11,41%.  Di kota-kota Indonesia, banyak lulusan sarjana yang belum mendapat pekerjaan. Banyak lulusan sarjana yang sengaja merantau ke kota besar untuk mengundi nasib. Mereka berpikir jika di kota besar, nasibnya juga akan besar.
Saat lulus SMA/SMK, banyak siswa yang melajutkan ke dunia kerja. Ditanya alasan kenapa tidak melanjutkan studinya, sebagian besar menjawab karena sudah lelah berpikir dan ingin mendapatkan uang sendiri, ada juga karena masalah biaya. Di sisi lain, ada beberapa faktor yang menyebabkan lulusan sarjana belum mendapat pekerjaan. Pertama, rendahnya kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Tidak semua mahasiswa niat melanjutkan studi karena benar-benar untuk menuntut ilmu . Ada yang karena dipaksa orang tuanya, ada yang gengsi sama teman dan lain sebagainya. Dari situlah orang hanya asal-asalan saat kuliah. Banyak mahasiswa tidak mengamalkan ilmu yang didapat dalam kehidupan masyarakat.
Kedua, baik mahasiswa maupun yang sudah menjadi lulusan sarjana sulit merubah mindsetnya. Kebanyakan mahasiswa berpikir setelah lulus kuliah, mencari pekerjaan. Seharusnya, pola pikir mahasiswa ataupun lulusan harus diubah agar memiliki kualitas sumber daya manusia dan dapat bersaing dengan pihak lain terutama pihak asing. Mindset para lulusan sarjana diubah dengan berusaha menciptakan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan. Sulitnya mahasiswa atau lulusan sarjana mengubah mindset, disebabkan kurangnya kreativitas dalam menciptakan perubahan.
Gaji adalah faktor utama seseorang melamar pekerjaan. Sebagian besar pelamar pekerjaan mempermasalahkan gaji yang di perolehnya. Kerja saja belum tentu baik dan benar, sudah menanyakan gaji. Hal ini yang menyebabkan pengangguran meningkat. Selanjutnya, keahlian yang dimiliki seseorang tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Sarjana-sarjana muda di Indonesia, kebanyakan bekerja tidak pada bidangnya. Seperti lulusan peternakan yang saat ini bekerja sebagai admin perkantoran  di ibu kota. Melamar pekerjaan tidak sesuai dengan keahliannya, menyebabkan pekerja itu banyak yang dipecat atau resign karena ketidaksanggupannya melaksanakan tugas.
Saingan yang besar dan kurangnya kualitas sumber daya manusianya, hanya mempersulit melamar pekerjaan. Didapati lulusan sarjana keperawatan yang lulus sekitar 3 tahun lalu dan sampai saat ini belum mendapat pekerjaan sesuai keahliannya. Ditanya mengapa dia tidak melamar pekerjaan di bidang lain, sembari menunggu lowongan di dunia medis, beralasan karena  dia tidak mau bekerja jika tidak di bidang kesehatan.  Dia malu jika bekerja di pabrik, pikirnya lulusan sarjana kok kerja di pabrik. Karena gengsi dengan tittle sarjananya, dia hanya diam di rumah menunggu lowongan pekerjaan di bidang keperawatan. Jadi bisa dikatakan dia sekarang ini menganggur dengan ijazahnya yang sarjana.
Mendapat tittle sarjana menjadi sebuah impian yang membanggakan bagi sebagian orang. Karena mereka berhasil menyelesaikan studi dengan jenjang yang tinggi, dan mampu memperkaya ilmu yang dimiliki. Bagi lulusan dengan iman kuat, saat mereka belum mendapat pekerjaan, mereka senantiasa berusaha dan berdoa agar segera mendapat pekerjaan. Namun, ada juga lulusan sarjana yang tidak terima dengan nasib yang ia jalani. Mereka berpikir lulusan sarjana pasti nasibnya lebih baik daripada yang hanya tamatan sekolah menengah. Fakta berbicara, bahwa tamatan sekolah menengah lebih banyak mendapat pekerjaan daripada lulusan sarjana. Hal ini menyebabkan sebagian lulusan sarjana down dan ada pula yang mengakhiri hidupnya karena frustasi memikirkan pekerjaan.
Akibat banyaknya pengangguran di Indonesia, banyak pula tindakan kriminalitas yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Anak-anak sekarang ini sudah terbius oleh pergaulan bebas yang merusak mindset dan perilakunya. Di zaman modern ini pula, banyak anak dibawah umur yang sudah kecanduan gadget. Faktor lingkungan mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat. Tingginya sifat konsumtif di Indonesia mengakibatkan kemiskinan semakin bertambah. Pola pikir masyarakat konsumtif, daripada susah-susah memproduksi lebih baik cari instannya saja dengan membeli. Meningkatnya laju impor dan tingginya angka kemiskinan di Indonesia, mengakibatkan pendapatan negara berkurang. Tingginya kemiskinan mempengaruhi turunnya pendapatan negara dari pembayaran pajak.
Dengan demikian, pemerintah harus segera menangani masalah pengangguran, dengan membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah juga harus mengutamakan tenaga kerja Indonesia, bukan malah mempermudah izin kerja tenaga asing. Pemerintah harusnya mendukung kreativitas masyarakat dengan membantu mempromosikan ke masyarakat luas dengan membuka stand atau bazar. Bagi lulusan sarjana sendiri, tidak harus mencari pekerjaan sesuai dengan jurusan yang tertera di ijazah. Zaman sekarang ini, pandai-pandainya kita mengkreativitaskan sesuatu agar menjadi sebuah usaha. Para lulusan sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan, bisa membuka usaha berdasarkan keahliannya, sehingga mindset mencari pekerjaan berubah menjadi pencipta pekerjaan dan bisa merekrut karyawan-karyawan. Dan dapat memanfaatkan ilmunya yang diperoleh ketika masih kuliah.

3 komentar: