Minggu, 18 Maret 2018

KAJIAN KITAB DI PESANTREN


Nama   : Syarah Ayu Nur Annisa
NIM    : 175231144
Kelas   : PBS 2 D

RUTINITAS PESANTREN RAUDLATUSH SHALIHIN
DENGAN KAJIAN KITAB

Sebelum islam datang di Indonesia, masyarakat menganut kepercayaan Hindu Budha. Melaksanakan ritual sesaji untuk leluhur, menyembah pohon keramat. Semua itu dilaksanakan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap syariat islam. Para pedagang luar telah berhasil menyebarluaskan agama islam di Indonesia. Dibantu walisongo yang turut menyebarkan ke wilayah Jawa. Para wali menyebarkan dengan taktik yang cerdas. Perlahan tapi pasti, banyak masyarakat menerima ajaran islam. Ramahnya masyarakat Indonesia membantu dalam penyebaran agama islam.
Alhasil, islam menyebar luas hingga ke seluruh Indonesia. Banyak pula penduduk Indonesia yang masuk agama islam. Dan Indonesia menyandang predikat penduduk muslim terbesar di dunia. Perkembangan agama islam di Indonesia semakin pesat. Banyak sekali pondok pesantren di Indonesia. Selain itu, di sekolah-sekolah mengajarkan bahasa arab. Adapula pengajaran syariat islam. Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah islam.
Kali ini, saya berkesempatan untuk observ dan live in di pesantren. Pesantren yang saya tuju adalah pesantren Roudhlatush Shalihin. Pesantren yang terletak di Batur, Ceper Klaten. Pesantren Roudhlatush Shalihin di pimpin H. Muhammad Nawawi Syafi’i. Beliau lahir di Klaten pada tanggal 8 Agustus 1965. Beliau menikah dengan Hj. Titin Sulistyaningsih. Dan di karuniai empat orang anak. Pondok Pesantren Roudhlatush Shalihin didirikan tahun 1999. Pondok pesantren itu berada di tengah-tengah permukiman penduduk. Tepat di sampingnya terdapat kuburan. Untuk pondok putra, halamannya cukup luas daripada pondok putri.
Sebelumnya, Pondok Pesantren Roudhlatush Shalihin hanya menerima santri putra. Dulunya, tempat pondok putri itu tempat kerja Pak Nawawi. Tempat membuat barang antik seperti lampu dan meja. Kemudian, melihat minat masyarakat sekitar yang ingin memondokkan putrinya. Tahun 2007, Pak Nawawi berencana membangun ponpes putri. Wacana itu terwujud di tahun 2008. di bangunlah ponpes putri. Diberi nama Ponpes Roudlatush Shalihat. Namanya mengacu pada nama ponpes putra. Yang membedakan hanya Shalihin dan Shalihat. Untuk pondok putri, di koordinasi langsung oleh anaknya.
Pondok Pesantren Roudhlatush Shalihin masih dalam yayasan Roudhlatush Shalihin. Terdapat beberapa tempat dalam yayasan Roudhlatush Shalihin. Sedangkan Roudhlatush Shalihat menginduk ke Roudhlatush Shalihin. Saat ini terdapat 35 santri putra dan 24 santri putri. Semua kegiatan dilakukan bersama. Jadi santri putri masih bergabung dengan santri putra. Dalam kegiatan umum seperti terbangan masih dilakukan bersama. Karena semarak kekeluargaan lebih tampak jika bersama.
Biaya masuk pondok tersebut terbilang sangat murah. Untuk biaya masuknya hanya Rp 200.000 , sedangkan uang pendaftarannya hanya Rp 50.000 . Ditambah spp hanya Rp 35.000 dan uang madrasah Rp 15.000. Jadi perbulannya orang tua santri hanya mengeluarkan Rp 50.000. untuk uang makan santri tidak ada. santri putri ikut dengan dalem. Ada juga sanntri putra yang mencari makan ke luar. Pak Nawawi tidak membebankan orang tua dengan memebri patokan biaya makan. Dengan diberi semampunya Pak Nawawi sudah merasa bersyukur. Ponpes putri di ketuai oleh saudari Kiki Fatmawati dibantu Fitriyani.  
Para santri mendapat kesempatan libur dua kali dalam seminggu. Selain hari Jum’at, kegiatan pondok juga libur di hari Minggu. Setelah shalat tahajjud, para santri membaca Aurod. Aurod atau wirid ini dibaca sembari menanti shalat Subuh. Itu dikerjakan setiap hari dalam seminggu. Setelah shalat subuh dilanjut membaca Surat Yasin. Uniknya, ponpes ini masih menerapkan pasaran jawa. Kegiatan di hari Ahad bermacam-macam. Antara Ahad Pahing hingga Ahad Kliwon berbeda. Apabila santri keluar tanpa izin, mereka akan diberi ta’zir, membuang sampah selama satu minggu.
Jadwal hari Ahad untuk ponpes putri di awali Ahad Pahing. Untuk ahad pahing, santriwati melaksankan sima’an Al-Qur’an. Biasanya di pandu ustadzah maupun pengurus pondok. Bertempat di pendopo atau latar kecil di bagian depan podok. Bisa juga di masjid area pondok R. Shalihat. Untuk Ahad Wage dan Pon, santriwati melakukan Ro’an. Ro’an akbar dilakukan seluruh santri.  
Ro’an salah satu kegiatan di pesantren Roudlatush Shalihin. Bagi masyarakat di luar lingkungan pondok pasti jarang mendengar. Di kalangan santriwan / santriwati biasa dengan kegiatan Ro’an. Di masyarakat biasa, Ro’an sama dengan kerja bakti. Di pondok sendiri biasa dilakukan untuk membersihkan kamarnya sendiri. Setiap hari ro’an dilaksanakan, baik santriwan maupun santriwati. Rasulullah SAW bersabda, bahwa kebersihan itu sebagian dari iman. Itulah acuan yang digunakan di pondok pesantren ini.  Dengan Ro’an, para santri dapat berkumpul bersama dengan canda tawa. Di samping menggerakan badan guna olahraga, Ro’an juga dijadikan silaturahmi. Para santri dapat mengembangkan interaksi dan belajar mengenal karakter. Dengan Ro’an, kita dapat belajar bertanggung jawab dan saling tolong menolong.
Pada Ahad Legi biasanya kajian ahad pagi. Semacam pengajian rutin dalam tiga puluh lima hari sekali. Untuk ahad kliwon, tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan. Kegiatan para santri diliburkan kecuali kegiatan wajib. Seringkali para santri keluar untuk membeli keperluannya. Di hari ahad, para santri menyetorkan hafalan Jurumiyyah. Jurumiyyah merupakan pelajaran ilmu nahwu. Adapun santri yang telat masuk ngaji sore, ia dikenakan ta’zir menerangkan kitab Jurumiyyah.
Setiap hari, setelah shalat dzuhur, para santri mengkaji Kitab Kasyifatus Saja. Ketika mengkaji kitab, di awali membaca basmalah. Selain itu, setiap hari Rabu dan Jum’at pukul 16.00-17.00, santri mengkaji Kitab Fashalatan. Namanya saja Fashalatan, pasti didalamnya terkandung bahasan mengenai ibadah. Kitab ini menggunakan bahasa jawa dengan tulisan arab pegon. Kitab Fashalatan, berisi ajaran fiqh dasar dalam beribadah. Mengkaji tata cara melaksanakan shalat dan beberapa ibadah lainnya. Mengkaji masalah wudhu, tayamum, adzan pula dan bacaan doa wirid. Menerangkan pula tentang syarat, rukun shalatnya. Kitab ini mewanti-wanti jangan hanya melafalkan bacaan shalat saja. Melainkan juga makna dari bacaan itu. Shalat adalah tiang agama islam. Apabila kita meninggalkan shalat, maka tiang itu akan roboh. Setelah shalat usahakan membaca doa atau wirid.
Hari Kamis, kegiatan di pondok itu mengkaji Kitab Mukhtarul Hadits. Biasanya dilaksanakan pukul 16.00 – 17.00. Sedikit ulasan mengenai Mukhtarul Hadits, berisi tentang syafa’at. Setiap syafa’at pasti memiliki derajat dan penolong. Di Yaumul Qiyamah kelak, kita mengharap penolongan Allah SWT dan Rasul-Nya. Setiap hari pukul 05.00-05.30, santri membaca Surat Yasin.
Ziarah rutin dilaksanakan hari Jum’at pukul 05.00 – 05.30. Salah satu ciri khas Ponpes Roudlatush Shalihin. Para santri dan ustadz / ustadzah berziarah ke sesepuh pondok. Makamnya terletak di samping pondok putra. Pada pukul 17.30-18.00 santri membaca Surat Al-Waqiah. Bagi santri yang tidak mengaji Al-Qur’an, akan mendapat ta’zir menghafalkan surah sesuai kebijakan pengurus.
Kitab Safinatun Najah merupakan salah satu kitab fiqh. Kitab ini membahas hal-hal yang berhubungan kehidupan  muslimin. Membahas hukum islam, rukun islam, tanda baligh dan wudhu. Nama lain Safinatun Najah yaitu Kasifatus Saja. Aurad dibaca guna usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Contoh Aurad seperti di hari Sabtu, membaca kalimat tahlil. Untuk menanamkan ketenangan batin bagi pembacanya. Adapun faedahnya agar mencapai derajat yang mulia. Sharagan Qur’an turut menjadi kegiatan di pondok ini. Sharagan dilakukan dengan menghafal isi Al-Qur’an.
Tashrif salah satu kegiatan dalam ilmu sharaf. Tashrif itu mengubah kata menjadi kata lain. Tapi masih dengan akar kata yang sama. Di kelas saya, juga mendapat pelajaran Bahasa Arab. ternyata tidak jauh beda dengan tashrif ini. Di dalamnya membahas fi’il mudhari’ dan madhi. Bedanya, ilmu yang saya dapat di kelas tidak selengkap tashrif di pondok. Setidaknya saya pernah mendapat pelajaran itu ketika di kampus. Ketika observasi masuk ke dalam kelas pondok, saya bisa mengikutinya sedikit. Untuk Sharafan di asuh oleh Ustadz Kusnadi yang berasal dari Lampung. Pelajaran tashrif di pondok Roudhlatus Shalihin menggunakan metode lagu. Agar santri dapat lebih memahami dan cepat menghafal.
Adapun bacaan Ratibul Kubra yang dibaca setiap hari Senin pada pukul 18.00-19.00. Ratibul Kubra dilakukan dengan membaca surah Al-Hasyr. Selain Ratibul Kubra, santri juga membaca Ratibul Haddad. Sama seperti Ratibul Kubra, membaca dzikir harian. Di awali membaca Al-Fatihah. Pastinya tidak hanya membaca, melainkan memahami maknanya. Selain al-Fattihah, selanjutnya membaca ayat kursi. Ayat Kursi terkenal sebagai bacaan mengusir jin atau setan. Padahal Ayat Kursi memiliki manfaat selain daripada itu.
Di sunnahkan membaca Ayat Kursi sebelum tidur, agar tidur kita dijaga malaikat. Terhindar pula dari gagguan jin dan setan. Dilanjut membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Kebarakahan senantiasa Allah berikan atas diri seseorang yang membacanya. Ketiga surat pendek itu sangat besar khasiatnya. Kemudian membaca dzikir harian, seperti tasbih, shalawat nabi dan istighfar. Dengan memperbanyak dzikir, keimanan seseorang akan semakin kuat. Jika santri tidak masuk ngaji sore, ia dikenakan ta’zir membaca Al-Qur’an di bawah terik matahari disertai Tanya jawab tajwid.
Hidayatus Sibyan berisi dasar ilmu tajwid. Tujuannya untuk mempermudah pelafalan Al-Qur’an. Dalam bahasa arab, salah pengucapan berbeda pula maknanya. Kitab Jawahirul Kalamiyah. Kitab ini membahas tentang rukun iman. Pertama, Iman kepada Allah. Bagaimana cara kita mengimani atau meyakini-Nya. Kedua, Iman kepada Malaikat. Seperti yang kita ketahui bahwa malaikat diciptakan dari nur. Kita tida dapat melihatnya, namun kita wajib mengimani bahwa malaikat itu ada. Kita juga tahu setiap malaikat memiliki nama dan tugas sendiri. Ketiga, iman kepada kitab Allah. Allah SWT telah menurunkan kitab sebagai penjelas dan peringatan.
Keempat, iman kepada Rasul-Nya. Kita senantiasa percaya, bahwa Allah telah megutus seorang nabi. Dengan membawa peringatan dan kabar bagi umat. Dengan sifat dan mu’jizat yang telah diberikan Allah SWT. Kelima, kita beriman kepada hari akhir. Sekarang ini, kita hidup di akhir zaman. Bumi smakin tua, hidup kita di dunia sebentar lagi. Di dunia ini, kita hanyalah tamu. Dimana tamu juga akan kembali ke tempat yang semestinya. Tamu juga harus pulang ke kehidupan yang kekal. Karena dunia ini hanyalah kehidupan fana. Terakhir, kita beriman kepada Qadha’ dan Qadar. Semua yang kita lakukan sudah ditaqdirkan oleh Allah SWT.
Di Ponpes Roudlatush Shalihin, santri wajib mengikuti kegiatan madrasah. Dilakukan setiap hari kecuali hari Ahad, pukul 05.30-06.30. Bertempat di pondok pusat Roudlatush Shalihin (pondok putra). Menjalin dan menjaga ukhuwah antar santri. Setiap hari, santri wajib melaksanakan shalat tahajjud dan shalat dhuha. Biasanya, setelah shalat Subuh, satri membaca surat Yasin.  Apabila ada santri yang tidak mengikuti madrasah, ta’zirnya menerangkan pelajaran madrasah.
Setiap hari Kamis, para santri melaksanakan kegiatan Ubudiyyah. Ubudiyyah salah satu cara seseorang untuk bersungguh-sungguh beribadah. Melaksanakan perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sekedar ibadah saja, kita dituntut untuk bertawadhu’. Melakukan dengan rasa takut, rendah hati dan sabar.  Dengan diiringi rasa takut, maka ibadah kita akan sungguh-sungguh dan ikhlas. Senantiasa kita bertawakal kepada Allah SWT.
Kegiatan di Ponpes Roudlatush Shalihin berhubungan dengan pendidikan islam klasik. Terdapat pendidikan khas islam di sana. Seperti kegiatan ziarah yang rutin dilakukan setiap hari Jum’at. Adapun kegiatan lainnya yang masih berkaitan dengan khazanah islam. Dari kegiatan semua itu, bertujuan agar budaya islam terus terjaga. Seperti adanya Ro’an atau kerja bakti. Untuk mempererat ukhuwah islamiyyah di pesantren. Tak hanya itu, senantiasa mengkaji berbagai kitab di dalamnya.
Guru atau ustadz memiliki tanggung jawab besar. Mereka di tuntut memberikan ilmu dan pengajaran yang baik. Guru diberi amanah untuk menyebarkan ajaran islam maupun ilmu lainnya. Agar para santri mendapat bekal baik dunia maupun akhirat. Pondok Pesantren Roudlatush Shalinin menggunakan kurikulum madrasah. Setiap hari para santri wajib mengikuti kegiatan madrasah.
Untuk metode pembelajaran, Ponpes Roudlatush Shalinin menggunakna metode hafalan. Setiap hari Senin, bagi santri yang sudah tidak sekolah, wajib menyetorkan hafalan. Setoran diberikan kepada umi atau ustadzah. Biasanya santriwati Roudlatush Shalihat bergabung dengan santri dari pondok lain. Tak jauh dari pondok putri juga ada satu pondok pesantren lagi. Tetapi ponpes itu lebih kecil dan sedikit santrinya. Itu dilakukan pada pukul 09.00 atau 09.30. sampai jam berapa itu tergantung selesainya setoran. Banyaknya santri yang menyetor , waktu selesainya pun juga lama. Pernah juga selesai sampai adzan dzuhur.
Pondok Pesantren Roudlatush Shalinin terdiri dari enam fashal. Fashal satu atau kelas satu untuk santri baru. Santri fashal satu, baru belajar Kitab Jurumiyyah. Kitab ini merupakan pelajaran dasar berbahasa Arab. Kitab Jurumiyyah membahas tentang ilmu nahwu. Ilmu nahwu merupakan kaidah bahasa arab. Tentang bentuk katanya seperti apa. Bagaimana keadaannya sebelum ditambah mufrad. Adanya ilmu nahwau membatu dalam pengucapan bahasa arab. Dalam pelajaran bahasa arab di kelas, itu seperti fi’il, isim dan huruf. Selain kitab Jurumiyyah, santri fashal satu juga mengkaji Tarikh Nabi Muhammad SAW.
Fashal dua atau santri kelas dua tingkatannya naik sedikit. Yaitu mempelajari kitab Jurumiyyah Taqrirah. Materinya lebih banyak dari kitab Jurumiyyah fashal satu. Selain itu, belajar pula akhlaq banin I dan Aqidah al-‘Awam.  Sedangkan fasahal tiga, santri juga belajar akhlaq banin tingkat II. Mengkaji Kitab Syarah Arba’in Nawawi. Kitab Arba’in Nawawi karya Imam Nawawi. Kitab ini banyak digunakan karena simple tapi pasti. Seperti membahas akidah islam, muamalah dan syariah islam. Kajian kitab Arba’in Nawawi dilaksanakan hari Jum’at maupun Sabtu. Santri fashal empat,biasanya mempelajari Sharaf. Menggunakan kitab Qawa’id al Sharaf. Salah satu cabang ilmu nahwu. Di mana mengkaji kaidah-kaidah dalam bahasa arab.
Untuk santri fashal lima ponpes Roudlatush shalihin tidak ada. Karena para santri sudah boyongan. Boyongan sendiri seperti lulusan. Dengan kata lain, para santri fashal lima sudah lulus semua. Namun, ada juga fashal enam di atasnya. Yaitu santri yang masih mondok dengan niatan lama. Biasanya santri paling lama mondok selama sembilan tahun. Di mana saat itu santri akan mendapat ijazah dari pondok. Kebanyakan santri hanya mondok selama enam tahun. Saat itu, santri tidak mendapat ijazah pondok. Hanya sertifikat yang menerangkan ia pernah mondok di pesantren.
Para santri fashal tiga dan empat biasanya berlatih terbangan. Semacam qasidahan dengan rebana. Kreativias santri Roudlatush Shalihin menggunakan alat-alat bekas untuk terbangan. Seperti gendang dari galon air mineral. Dipadu rebana yang khas pondok. Kreativitas santri sangat bagus dengan memanfaatkan barang di sekitar. Uniknya lagi, yang memainkan alat-alat itu adalah santri putrinya. Itu sangat unik bagi saya. Karena saya sering menjumpai santri putra yang memainkan alat terbangan. Dengan lihai para santri memainkan dan bernyanyi mengikuti irama.
Terbangan itu akan tampil di acara Akhirussanah pesantren. Akhirussanah digelar pada sebelas Mei mendatang. Banyak santri yang meminta agar datang ke acara tersebut. Saat itu saya hanya menjawab “insyaAllah”. Karena tidak tahu, apakah bisa datang atau tidak. Acara Akhirussanah di pustkan di pesantren putra. Karena tempatnya yang luas dan memadahi. Para orang tua santri turut di undang pula ke acara tersebut. Di sanalah terbangan akan di tampilkan.
Jujur, sebagai mahasiswa suasana  di pesantren sangatlah tenang. Saya belum pernah merasakan kehidupan di pesantren. Setiap waktu diisi kegiatan bermanfaat. Jika ada waktu luang, biasa digunakan untuk hafalan. Ada juga yang berkumpul untuk berbincang-bincang. Karena saya live in pada hari Minggu, jadi tidak banyak kegiatan yang dilakukan. Setelah shalat Isya’ dan membaca aurad Ratibul Haddad, santriwati berkumpul di kamar tamu. Sebenarnya itu bukan kamar tamu, melainkan kamar santri. Karena kelompok saya live in, jadi santri di kamar saya sementara waktu tinggal di kamar lain. Malam Seninnya, sebagian santri berkumpul di kamar kelompok saya dengan bercerita. Santriwatinya sangat ramah dan humoris.
Selama saya live in pesantren. Saya mendapat pelajaran tersendiri di sana. Kemandirian, tanggung jawab dan kerja sama sangat dibutuhkan di kehidupan kita. Apalagi saya mnejumpai seorang santri berasal dari Lampung. Begitu jauhnya ia dengan keluarga terutama orang tua. Alasan ia memilih pondok pesantren di Jawa, karena ia ingin suasana baru. Ingin tahu pula adat dan kebudayaan di Jawa. Ia pasti rindu dengan orang tuanya. Tapi karena keinginan ia sendiri mencari ilmu agama yang jauh dari asalnya, ia memendam easa rindu itu. Meski awalnya ia sering menangis saat terbayang keluarga di sana. Ia berusaha tabah, sabra dan ikhlas. Karena ia di Jawa untuk menuntut ilmu untuk bekal di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar