Nama : Syarah
Ayu Nur Annisa
NIM :
175231144
Kelas : PBS 2 D
RUTINITAS PESANTREN RAUDLATUSH SHALIHIN
DENGAN KAJIAN KITAB
Sebelum islam datang di Indonesia, masyarakat
menganut kepercayaan Hindu Budha. Melaksanakan ritual sesaji untuk leluhur,
menyembah pohon keramat. Semua itu dilaksanakan karena ketidaktahuan masyarakat
terhadap syariat islam. Para pedagang luar telah berhasil menyebarluaskan agama
islam di Indonesia. Dibantu walisongo yang turut menyebarkan ke wilayah Jawa. Para
wali menyebarkan dengan taktik yang cerdas. Perlahan tapi pasti, banyak
masyarakat menerima ajaran islam. Ramahnya masyarakat Indonesia membantu dalam
penyebaran agama islam.
Alhasil, islam menyebar luas hingga ke
seluruh Indonesia. Banyak pula penduduk Indonesia yang masuk agama islam. Dan
Indonesia menyandang predikat penduduk muslim terbesar di dunia. Perkembangan agama
islam di Indonesia semakin pesat. Banyak sekali pondok pesantren di Indonesia. Selain
itu, di sekolah-sekolah mengajarkan bahasa arab. Adapula pengajaran syariat
islam. Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah islam.
Kali ini, saya berkesempatan untuk observ
dan live in di pesantren. Pesantren yang saya tuju adalah pesantren Roudhlatush
Shalihin. Pesantren yang terletak di Batur, Ceper Klaten. Pesantren Roudhlatush
Shalihin di pimpin H. Muhammad Nawawi Syafi’i. Beliau lahir di Klaten pada
tanggal 8 Agustus 1965. Beliau menikah dengan Hj. Titin Sulistyaningsih. Dan di
karuniai empat orang anak. Pondok Pesantren Roudhlatush Shalihin didirikan tahun
1999. Pondok pesantren itu berada di tengah-tengah permukiman penduduk. Tepat di
sampingnya terdapat kuburan. Untuk pondok putra, halamannya cukup luas daripada
pondok putri.
Sebelumnya, Pondok Pesantren Roudhlatush
Shalihin hanya menerima santri putra. Dulunya, tempat pondok putri itu tempat
kerja Pak Nawawi. Tempat membuat barang antik seperti lampu dan meja. Kemudian, melihat
minat masyarakat sekitar yang ingin memondokkan putrinya. Tahun 2007, Pak Nawawi
berencana membangun ponpes putri. Wacana itu terwujud di tahun 2008. di bangunlah
ponpes putri. Diberi nama Ponpes Roudlatush Shalihat. Namanya mengacu pada nama
ponpes putra. Yang membedakan hanya Shalihin dan Shalihat. Untuk pondok putri,
di koordinasi langsung oleh anaknya.
Pondok Pesantren Roudhlatush Shalihin masih
dalam yayasan Roudhlatush Shalihin. Terdapat beberapa tempat dalam yayasan Roudhlatush
Shalihin. Sedangkan Roudhlatush Shalihat menginduk ke Roudhlatush Shalihin. Saat
ini terdapat 35 santri putra dan 24 santri putri. Semua kegiatan dilakukan
bersama. Jadi santri putri masih bergabung dengan santri putra. Dalam kegiatan
umum seperti terbangan masih dilakukan bersama. Karena semarak kekeluargaan lebih
tampak jika bersama.
Biaya masuk pondok tersebut terbilang sangat
murah. Untuk biaya masuknya hanya Rp 200.000 , sedangkan uang pendaftarannya
hanya Rp 50.000 . Ditambah spp hanya Rp 35.000 dan uang madrasah Rp 15.000. Jadi
perbulannya orang tua santri hanya mengeluarkan Rp 50.000. untuk uang makan
santri tidak ada. santri putri ikut dengan dalem. Ada juga sanntri putra yang
mencari makan ke luar. Pak Nawawi tidak membebankan orang tua dengan memebri
patokan biaya makan. Dengan diberi semampunya Pak Nawawi sudah merasa bersyukur.
Ponpes putri di ketuai oleh saudari Kiki Fatmawati dibantu Fitriyani.
Para santri mendapat kesempatan libur dua
kali dalam seminggu. Selain hari Jum’at, kegiatan pondok juga libur di hari
Minggu. Setelah shalat tahajjud, para santri membaca Aurod. Aurod atau wirid
ini dibaca sembari menanti shalat Subuh. Itu dikerjakan setiap hari dalam
seminggu. Setelah shalat subuh dilanjut membaca Surat Yasin. Uniknya, ponpes
ini masih menerapkan pasaran jawa. Kegiatan di hari Ahad bermacam-macam. Antara
Ahad Pahing hingga Ahad Kliwon berbeda. Apabila santri keluar tanpa izin, mereka
akan diberi ta’zir, membuang sampah selama satu minggu.
Jadwal hari Ahad untuk ponpes putri di
awali Ahad Pahing. Untuk ahad pahing, santriwati melaksankan sima’an Al-Qur’an.
Biasanya di pandu ustadzah maupun pengurus pondok. Bertempat di pendopo atau
latar kecil di bagian depan podok. Bisa juga di masjid area pondok R. Shalihat.
Untuk Ahad Wage dan Pon, santriwati melakukan Ro’an. Ro’an akbar dilakukan
seluruh santri.
Ro’an salah satu kegiatan di pesantren Roudlatush
Shalihin. Bagi masyarakat di luar lingkungan pondok pasti jarang mendengar. Di
kalangan santriwan / santriwati biasa dengan kegiatan Ro’an. Di masyarakat
biasa, Ro’an sama dengan kerja bakti. Di pondok sendiri biasa dilakukan untuk
membersihkan kamarnya sendiri. Setiap hari ro’an dilaksanakan, baik santriwan
maupun santriwati. Rasulullah SAW bersabda, bahwa kebersihan itu sebagian dari
iman. Itulah acuan yang digunakan di pondok pesantren ini. Dengan Ro’an, para santri dapat berkumpul
bersama dengan canda tawa. Di samping menggerakan badan guna olahraga, Ro’an
juga dijadikan silaturahmi. Para santri dapat mengembangkan interaksi dan
belajar mengenal karakter. Dengan Ro’an, kita dapat belajar bertanggung jawab
dan saling tolong menolong.
Pada Ahad Legi biasanya kajian ahad pagi.
Semacam pengajian rutin dalam tiga puluh lima hari sekali. Untuk ahad kliwon, tidak
ada kegiatan khusus yang dilakukan. Kegiatan para santri diliburkan kecuali kegiatan
wajib. Seringkali para santri keluar untuk membeli keperluannya. Di hari ahad,
para santri menyetorkan hafalan Jurumiyyah. Jurumiyyah merupakan pelajaran ilmu
nahwu. Adapun santri yang telat masuk ngaji sore, ia dikenakan ta’zir
menerangkan kitab Jurumiyyah.
Setiap hari, setelah shalat dzuhur, para
santri mengkaji Kitab Kasyifatus Saja. Ketika mengkaji kitab, di awali membaca
basmalah. Selain itu, setiap hari Rabu dan Jum’at pukul 16.00-17.00, santri
mengkaji Kitab Fashalatan. Namanya saja Fashalatan, pasti didalamnya terkandung
bahasan mengenai ibadah. Kitab ini menggunakan bahasa jawa dengan tulisan arab
pegon. Kitab Fashalatan, berisi ajaran fiqh dasar dalam beribadah. Mengkaji
tata cara melaksanakan shalat dan beberapa ibadah lainnya. Mengkaji masalah
wudhu, tayamum, adzan pula dan bacaan doa wirid. Menerangkan pula tentang syarat,
rukun shalatnya. Kitab ini mewanti-wanti jangan hanya melafalkan bacaan shalat
saja. Melainkan juga makna dari bacaan itu. Shalat adalah tiang agama islam.
Apabila kita meninggalkan shalat, maka tiang itu akan roboh. Setelah shalat
usahakan membaca doa atau wirid.
Hari Kamis, kegiatan di pondok itu mengkaji
Kitab Mukhtarul Hadits. Biasanya dilaksanakan pukul 16.00 – 17.00. Sedikit
ulasan mengenai Mukhtarul Hadits, berisi tentang syafa’at. Setiap syafa’at pasti
memiliki derajat dan penolong. Di Yaumul Qiyamah kelak, kita mengharap
penolongan Allah SWT dan Rasul-Nya. Setiap hari pukul 05.00-05.30, santri
membaca Surat Yasin.
Ziarah rutin dilaksanakan hari Jum’at pukul
05.00 – 05.30. Salah satu ciri khas Ponpes Roudlatush Shalihin. Para santri dan
ustadz / ustadzah berziarah ke sesepuh pondok. Makamnya terletak di samping pondok
putra. Pada pukul 17.30-18.00 santri membaca Surat Al-Waqiah. Bagi santri yang
tidak mengaji Al-Qur’an, akan mendapat ta’zir menghafalkan surah sesuai
kebijakan pengurus.
Kitab Safinatun Najah merupakan salah satu
kitab fiqh. Kitab ini membahas hal-hal yang berhubungan kehidupan muslimin. Membahas hukum islam, rukun islam, tanda
baligh dan wudhu. Nama lain Safinatun Najah yaitu Kasifatus Saja. Aurad dibaca
guna usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Contoh Aurad seperti di hari
Sabtu, membaca kalimat tahlil. Untuk menanamkan ketenangan batin bagi
pembacanya. Adapun faedahnya agar mencapai derajat yang mulia. Sharagan Qur’an
turut menjadi kegiatan di pondok ini. Sharagan dilakukan dengan menghafal isi
Al-Qur’an.
Tashrif salah satu kegiatan dalam ilmu
sharaf. Tashrif itu mengubah kata menjadi kata lain. Tapi masih dengan akar
kata yang sama. Di kelas saya, juga mendapat pelajaran Bahasa Arab. ternyata
tidak jauh beda dengan tashrif ini. Di dalamnya membahas fi’il mudhari’ dan
madhi. Bedanya, ilmu yang saya dapat di kelas tidak selengkap tashrif di
pondok. Setidaknya saya pernah mendapat pelajaran itu ketika di kampus. Ketika
observasi masuk ke dalam kelas pondok, saya bisa mengikutinya sedikit. Untuk
Sharafan di asuh oleh Ustadz Kusnadi yang berasal dari Lampung. Pelajaran
tashrif di pondok Roudhlatus Shalihin menggunakan metode lagu. Agar santri dapat
lebih memahami dan cepat menghafal.
Adapun bacaan Ratibul Kubra yang dibaca
setiap hari Senin pada pukul 18.00-19.00. Ratibul Kubra dilakukan dengan membaca
surah Al-Hasyr. Selain Ratibul Kubra, santri juga membaca Ratibul Haddad. Sama
seperti Ratibul Kubra, membaca dzikir harian. Di awali membaca Al-Fatihah.
Pastinya tidak hanya membaca, melainkan memahami maknanya. Selain al-Fattihah,
selanjutnya membaca ayat kursi. Ayat Kursi terkenal sebagai bacaan mengusir jin
atau setan. Padahal Ayat Kursi memiliki manfaat selain daripada itu.
Di sunnahkan membaca Ayat Kursi sebelum
tidur, agar tidur kita dijaga malaikat. Terhindar pula dari gagguan jin dan
setan. Dilanjut membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Kebarakahan
senantiasa Allah berikan atas diri seseorang yang membacanya. Ketiga surat
pendek itu sangat besar khasiatnya. Kemudian membaca dzikir harian, seperti
tasbih, shalawat nabi dan istighfar. Dengan memperbanyak dzikir, keimanan
seseorang akan semakin kuat. Jika santri tidak masuk ngaji sore, ia dikenakan
ta’zir membaca Al-Qur’an di bawah terik matahari disertai Tanya jawab tajwid.
Hidayatus Sibyan berisi dasar ilmu tajwid. Tujuannya
untuk mempermudah pelafalan Al-Qur’an. Dalam bahasa arab, salah pengucapan
berbeda pula maknanya. Kitab Jawahirul Kalamiyah. Kitab ini membahas tentang rukun
iman. Pertama, Iman kepada Allah. Bagaimana cara kita mengimani atau
meyakini-Nya. Kedua, Iman kepada Malaikat. Seperti yang kita ketahui bahwa
malaikat diciptakan dari nur. Kita tida dapat melihatnya, namun kita wajib
mengimani bahwa malaikat itu ada. Kita juga tahu setiap malaikat memiliki nama
dan tugas sendiri. Ketiga, iman kepada kitab Allah. Allah SWT telah menurunkan
kitab sebagai penjelas dan peringatan.
Keempat, iman kepada Rasul-Nya. Kita
senantiasa percaya, bahwa Allah telah megutus seorang nabi. Dengan membawa
peringatan dan kabar bagi umat. Dengan sifat dan mu’jizat yang telah diberikan
Allah SWT. Kelima, kita beriman kepada hari akhir. Sekarang ini, kita hidup di
akhir zaman. Bumi smakin tua, hidup kita di dunia sebentar lagi. Di dunia ini,
kita hanyalah tamu. Dimana tamu juga akan kembali ke tempat yang semestinya. Tamu
juga harus pulang ke kehidupan yang kekal. Karena dunia ini hanyalah kehidupan
fana. Terakhir, kita beriman kepada Qadha’ dan Qadar. Semua yang kita lakukan sudah
ditaqdirkan oleh Allah SWT.
Di Ponpes Roudlatush Shalihin, santri wajib
mengikuti kegiatan madrasah. Dilakukan setiap hari kecuali hari Ahad, pukul
05.30-06.30. Bertempat di pondok pusat Roudlatush Shalihin (pondok putra). Menjalin
dan menjaga ukhuwah antar santri. Setiap hari, santri wajib melaksanakan shalat
tahajjud dan shalat dhuha. Biasanya, setelah shalat Subuh, satri membaca surat
Yasin. Apabila ada santri yang tidak
mengikuti madrasah, ta’zirnya menerangkan pelajaran madrasah.
Setiap hari Kamis, para santri melaksanakan
kegiatan Ubudiyyah. Ubudiyyah salah satu cara seseorang untuk
bersungguh-sungguh beribadah. Melaksanakan perintah Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak sekedar ibadah saja, kita dituntut untuk bertawadhu’. Melakukan
dengan rasa takut, rendah hati dan sabar. Dengan diiringi rasa takut, maka ibadah kita
akan sungguh-sungguh dan ikhlas. Senantiasa kita bertawakal kepada Allah SWT.
Kegiatan di Ponpes Roudlatush Shalihin
berhubungan dengan pendidikan islam klasik. Terdapat pendidikan khas islam di sana.
Seperti kegiatan ziarah yang rutin dilakukan setiap hari Jum’at. Adapun kegiatan
lainnya yang masih berkaitan dengan khazanah islam. Dari kegiatan semua itu,
bertujuan agar budaya islam terus terjaga. Seperti adanya Ro’an atau kerja
bakti. Untuk mempererat ukhuwah islamiyyah di pesantren. Tak hanya itu,
senantiasa mengkaji berbagai kitab di dalamnya.
Guru atau ustadz memiliki tanggung jawab besar.
Mereka di tuntut memberikan ilmu dan pengajaran yang baik. Guru diberi amanah untuk
menyebarkan ajaran islam maupun ilmu lainnya. Agar para santri mendapat bekal
baik dunia maupun akhirat. Pondok Pesantren Roudlatush Shalinin menggunakan
kurikulum madrasah. Setiap hari para santri wajib mengikuti kegiatan madrasah.
Untuk metode pembelajaran, Ponpes Roudlatush
Shalinin menggunakna metode hafalan. Setiap hari Senin, bagi santri yang sudah
tidak sekolah, wajib menyetorkan hafalan. Setoran diberikan kepada umi atau
ustadzah. Biasanya santriwati Roudlatush Shalihat bergabung dengan santri dari
pondok lain. Tak jauh dari pondok putri juga ada satu pondok pesantren lagi. Tetapi
ponpes itu lebih kecil dan sedikit santrinya. Itu dilakukan pada pukul 09.00
atau 09.30. sampai jam berapa itu tergantung selesainya setoran. Banyaknya santri
yang menyetor , waktu selesainya pun juga lama. Pernah juga selesai sampai
adzan dzuhur.
Pondok Pesantren Roudlatush Shalinin
terdiri dari enam fashal. Fashal satu atau kelas satu untuk santri baru. Santri
fashal satu, baru belajar Kitab Jurumiyyah. Kitab ini merupakan pelajaran dasar
berbahasa Arab. Kitab Jurumiyyah membahas tentang ilmu nahwu. Ilmu nahwu
merupakan kaidah bahasa arab. Tentang bentuk katanya seperti apa. Bagaimana
keadaannya sebelum ditambah mufrad. Adanya ilmu nahwau membatu dalam pengucapan
bahasa arab. Dalam pelajaran bahasa arab di kelas, itu seperti fi’il, isim dan
huruf. Selain kitab Jurumiyyah, santri fashal satu juga mengkaji Tarikh Nabi
Muhammad SAW.
Fashal dua atau santri kelas dua
tingkatannya naik sedikit. Yaitu mempelajari kitab Jurumiyyah Taqrirah. Materinya
lebih banyak dari kitab Jurumiyyah fashal satu. Selain itu, belajar pula akhlaq
banin I dan Aqidah al-‘Awam. Sedangkan fasahal
tiga, santri juga belajar akhlaq banin tingkat II. Mengkaji Kitab Syarah Arba’in
Nawawi. Kitab Arba’in Nawawi karya Imam Nawawi. Kitab ini banyak digunakan
karena simple tapi pasti. Seperti membahas akidah islam, muamalah dan syariah
islam. Kajian kitab Arba’in Nawawi dilaksanakan hari Jum’at maupun Sabtu. Santri
fashal empat,biasanya mempelajari Sharaf. Menggunakan kitab Qawa’id al Sharaf. Salah
satu cabang ilmu nahwu. Di mana mengkaji kaidah-kaidah dalam bahasa arab.
Untuk santri fashal lima ponpes Roudlatush
shalihin tidak ada. Karena para santri sudah boyongan. Boyongan sendiri seperti
lulusan. Dengan kata lain, para santri fashal lima sudah lulus semua. Namun,
ada juga fashal enam di atasnya. Yaitu santri yang masih mondok dengan niatan
lama. Biasanya santri paling lama mondok selama sembilan tahun. Di mana saat
itu santri akan mendapat ijazah dari pondok. Kebanyakan santri hanya mondok
selama enam tahun. Saat itu, santri tidak mendapat ijazah pondok. Hanya
sertifikat yang menerangkan ia pernah mondok di pesantren.
Para santri fashal tiga dan empat biasanya
berlatih terbangan. Semacam qasidahan dengan rebana. Kreativias santri
Roudlatush Shalihin menggunakan alat-alat bekas untuk terbangan. Seperti gendang
dari galon air mineral. Dipadu rebana yang khas pondok. Kreativitas santri
sangat bagus dengan memanfaatkan barang di sekitar. Uniknya lagi, yang
memainkan alat-alat itu adalah santri putrinya. Itu sangat unik bagi saya. Karena
saya sering menjumpai santri putra yang memainkan alat terbangan. Dengan lihai
para santri memainkan dan bernyanyi mengikuti irama.
Terbangan itu akan tampil di acara
Akhirussanah pesantren. Akhirussanah digelar pada sebelas Mei mendatang. Banyak
santri yang meminta agar datang ke acara tersebut. Saat itu saya hanya menjawab
“insyaAllah”. Karena tidak tahu, apakah bisa datang atau tidak. Acara Akhirussanah
di pustkan di pesantren putra. Karena tempatnya yang luas dan memadahi. Para orang
tua santri turut di undang pula ke acara tersebut. Di sanalah terbangan akan di
tampilkan.
Jujur, sebagai mahasiswa suasana di pesantren sangatlah tenang. Saya belum
pernah merasakan kehidupan di pesantren. Setiap waktu diisi kegiatan
bermanfaat. Jika ada waktu luang, biasa digunakan untuk hafalan. Ada juga yang
berkumpul untuk berbincang-bincang. Karena saya live in pada hari Minggu, jadi
tidak banyak kegiatan yang dilakukan. Setelah shalat Isya’ dan membaca aurad
Ratibul Haddad, santriwati berkumpul di kamar tamu. Sebenarnya itu bukan kamar
tamu, melainkan kamar santri. Karena kelompok saya live in, jadi santri di
kamar saya sementara waktu tinggal di kamar lain. Malam Seninnya, sebagian
santri berkumpul di kamar kelompok saya dengan bercerita. Santriwatinya sangat ramah
dan humoris.
Selama saya live in pesantren. Saya mendapat
pelajaran tersendiri di sana. Kemandirian, tanggung jawab dan kerja sama sangat
dibutuhkan di kehidupan kita. Apalagi saya mnejumpai seorang santri berasal
dari Lampung. Begitu jauhnya ia dengan keluarga terutama orang tua. Alasan ia
memilih pondok pesantren di Jawa, karena ia ingin suasana baru. Ingin tahu pula
adat dan kebudayaan di Jawa. Ia pasti rindu dengan orang tuanya. Tapi karena
keinginan ia sendiri mencari ilmu agama yang jauh dari asalnya, ia memendam
easa rindu itu. Meski awalnya ia sering menangis saat terbayang keluarga di
sana. Ia berusaha tabah, sabra dan ikhlas. Karena ia di Jawa untuk menuntut
ilmu untuk bekal di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar