OLAHAN JEPANG, PILIHAN MUSLIM
Berbicara
mengenai gaya kehidupan muslim. Kehidupan seorang muslim diwarnai dengan rasa
kewaspadaan. Kewaspadaan itu agar tetap berada di batas semestinya. Semua itu
diatur dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Mulai dari jual beli, persaudaraan,
bahkan makanan. Dalam Islam, telah ditunjukan antara halal dan haram. Membeli
makanan siap saji pun menjadi kewaspadaan.
Pasalnya,
tidak diketahui proses memasaknya. Tidak diketahui pula bahan-bahan yang
digunakan. Sepatutnya bagi seorang muslim, harus pandai memilih. Sebelum membeli
suatu makanan siap saji. Zaman sekarang ini banyak penjual yang pandai dalam
mencari keuntungan. Biasanya para penjual menggunakan kelicikan didalamnya.
Tentunya
orang-orang Asia tak asing dengan masakannya. Banyak menu yang mengandalkan
hidangan mentah. Seperti daging dan sayuran yang disajikan mentah. Namun,
berbeda dengan orang Indonesia. Di Indonesia jarang ditemui masakan mentah. Keanekaragaman
menu di Indonesia menyajikan masakan matang. Tak jarang ulat pun menjadi
santapan suatu daerah di Indonesia.
Banyak
masyarakat di Indonesia, utamanya remaja. Sangat suka dengan dunia anime
Jepang. Tak heran, di Indonesia sendiri banyak yang menggandrunginya. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang latah. Di anime memakan sashimi, orang
Indonesia juga tertarik mencobanya. Sampai-sampai lifestylenya pun berubah.
Mereka rela menghabiskan uang, memotong rambut ala anime. Jangan lupa, pola
hidup Jepang berbeda dengan masyarakat Indonesia.
Tak
ketinggalan pula budaya luar yang masuk ke Indonesia. Tak pandang bulu, apakah
budaya itu baik atau tidak. Masyarakat Indonesia langsung mengikuti saja alur
budayanya. Sangat jelas, antara budaya luar dengan Indonesia sangat berbeda. Sebagai
masyarakat Indonesia yang pandai. Hendaknya meng-filter budaya yang masuk. Agar
tidak terjerumus dengan perubahan yang negatif.
Kita tahu,
bahwa orang Jepang saling menghormati. Orang jepang hendak menyebrang jalan
saja menggunakan salam penghormatan. Kalau di Jawa biasanya dikenal dengan
“nuwun sewu”. Seperti di Indonesia yang punya pakaian tradisional. Jepang pun
kuga memiliki pakaian kebesaran Kimono.
Negara
Jepang terkenal dengan makanannya yang serba mentah. Hal ini didukung dengan
kualitas perairan di Jepang. Ikan mentah sangat kaya akan protein. Memang
berbeda kandungan protein ikan yang telah diolah. Hampir semua masakan Jepang disajikan
keadaan mentah. Tak heran, jika orang Jepang dikenal dengan kepandaiannya.
Mengenai
masakan Jepang, pertama kali mencoba di Hikaru Dining. Mendengar kata Hikaru
saja, saya sudah bisa membayangkan. Langsung saya searching masakan Jepang di
Hikaru. Melihat menunya di google, tenggorokan saya rasanya geli. Sangat bisa
membayangkan, waktu saya mencobanya. Sebagai orang Indonesia asli tak pernah
menjajal masakan mentah.
Resto Asia
yang saya kunjungi berada di Hartono Mall, Solo. Waktu itu, saya berangkat dari
rumah pukul 14.35 WIB. Dan sampai di Hartono Mall sekitar pukul 15.00 WIB. Saya
dan teman-teman langsung segera mencari lokasi Hikaru Dining. Sebelumnya, saya
searching ulasan pengunjung. Banyak pengunjung yang merekomen makan di sana. Katanya,
sushi dan ramen terenak di Solo berada di Hikaru Dining.
Selain itu,
desain interiornya menjadi pemikat pengunjung. Dilihat dari gambar, desainnya
tidak mencolok ke Jepang. Banyak sekali pengunjung yang puas setelah berkunjung
ke sana. Apalagi, Hikaru Dining menawarkan olahan non MSG. Tak perlu khawatir, Hikaru
Dining menyajikan olahan halal. Banyak pula olahan vegetarian di sana. Cocok buat
hangout bareng temen.
Awalnya,
kami kebingunan mencari lokasi Hikaru Dining. Saya pikir Hikaru Dining, masuk
ke area food corner. Dan biasanya area food corner itu ada di lantai paling
atas. Setelah saya dan teman-teman naik sampai ke atas, hasilnya zonk. Hikaru
Dining tidak ada di area food corner. Akhirnya, kami pun turun, saya tidak
begitu ingat lantai berapa. Karena banyaknya eskalator yang kami lewati.
Hikaru
Dining terletak di upper ground. Sebelum masuk, saya dan teman saya membaca menu yang ada di depan resto. Saya
bolak-balik membuka menu, tapi saya tidak tertarik. Mungkin karena saya tidak pernah
makan olahan Jepang. Sekitar pukul 15.30 WIB, kami masuk ke Hikaru Dining. Pelayan
langsung menyambut dan memberi buku menu. Hampir sepuluh menit lebih kami
memilih menu.
Lucunya,
kita memilih menu lama tapi belum menemukan pilihan. Sampai-sampai pelayannya
pun datang dan kembali lagi. Belum duduk saja kami sudah membuat ulah. Mulai
dari bingung mencari tempat. Hingga, menyenggol mangkok di atas meja. Pasti
mengeluarkan suara, sampai pelayannya pun melihat. Karena posisi saya dekat
dengan kasir, pelayannya pun terus melihat. Mungkin dia mengira, bahwa kita
baru pertama kali.
Bagi kami,
menu-menu yang ditawarkan sangat asing. Apalagi, kebanyakan berbahan dasar ikan
mentah. Pusing dengan pilihan menu makanan, saya tunda dulu pemesanan. Setelah
itu, saya memilih menu minuman. Yang buat saya tak tahan adalah harga es teh. Minuman
paling murah di Hikaru Dining, air mineral seharga Rp 8.000. Sempat berfikir,
mineral itu bersumber dari mata air mana.
Minuman
jenis es teh pun di atas Rp 15.000. Karena untuk pertama kali seumur hidup, saya
mencoba menu baru. Jepang terkenal dengan matcha atau ochanya. Jadi, saya
memutuskan memilih Matcha Caramel Frappucino. Tentunya dengan pertimbangan
harga yang matang. Selain harganya, saya memilih juga tertarik dengan
caramelnya.
Kembali memilih
makanan dengan penuh pertimbangan. Kalau saya pesan sushi, sudah membayangkan
ikan mentahnya. Tapi saya tertarik mencoba sushi sekali-kali. Berubah pikiran
lagi ke menu bento. Dilihat dari gambarnya, campur aduk melihatnya. Karena ada
ayam yang disiram saus Jepang. Adapula saus mayo di tengahnya.
Berubah ke
menu selanjutnya, Sashimi. Membaca sashimi sambal membayangkan ikan mentah.
Sashimi memang olahan ikan mentah khas Jepang. Ingin mencobanya, tapi perut
saya sudah merasakan mual. Karena menu yang serba mentah, saya berfikir akan
memilih nasi goreng. Dan ternyata memang ada nasi goring di daftar menu. Dengan
nama Gohan. Awalnya saya mau memilih Gohan. Setelah dipikir-pikir, Gohan di
Indonesia tidak asing.
Kecintaan
pada drama Korea, tak asing dengan ramen. Meskipun ramen itu khas Jepang. Tapi
banyak drama Korea yang menayangkan ramen. Karena saya tidak suka mie, saya
tidak memilihnya. Pikiran saya, ramen sama saja dengan mie instan. Namun, teman
saya memilih ramen. Dia jatuh hati pada Chiken Teriyaki Shagyu Ramen.
Akhirnya,
saya memutuskan untuk memilih Nigiri. Saya penasaran dengan Inari Spicy Tuna.
Selain itu, kami juga memesan Chiken Teriyaki Donburi dan Midori Roll. Chiken
Donburi ini sejenis nasi dengan ayam saus Jepang. Dengan porsi yang besar dan
nasi Jepangnya. Midori Roll sendiri sejenis Sushi. Tapi ikannya tidak
sepenuhnya mentah.
Inari Spicy
Tuna saya akhirnya datang. Dalam satu piring berisi dua Inari besar. Menurut
saya, luaran Inari terbuat dari telur. Terdapat ikan mentah dan nasi khas
Jepang. Saya dapat memaknai sebuah Inari tersebut. Bahwa masakan Jepang selalu
mencaga cita rasa alami. Dengan nasi khas Jepangnya di setiap menu makanan.
Pertama
mencoba Inari saya suka. Setelah berkali-kali rasa mual pun datang. Inari itu
pedas karena spicy. Dan asam karena sedikit campuran nori. Saya sangat suka
nori kering. Tapi karena rasa Inari yang campur aduk. Membuat saya mual dan tak
kuat menelan. Niat ingin menetralisir dengan minum Matcha. Rasa mual semakin
bertambah, karena saya memakan caramelnya. Namun, rasa Matchanya sendiri enak
khas Jepang.
Suasana di
Hikaru Dining sangat nyaman. Betah berlama-lama diam di sana. Sampai lupa
waktu, hampir dua jam saya di sana. Waktu itu, ada keluarga yang makan di sana.
Kebanyakan pengunjung di sana tidak memakai jilbab. Bahkan pakaian yang kurang
bahan saya temui. Risih melihatnya, karena kami bersebelahan.
Selang
beberapa waktu, keluarga itu pergi. Tidak hanya pengunjung tak memakai jilbab.
Ternyata di sebuah resto Asia, saya menemukan pengunjung berjilbab. Saya pikir
hanya orang seperti itu yang datang. Pengunjung muslim pun juga turut
merasakan. Jadi, seorang muslim juga turut masuk ke dalam dunia seperti itu.
Sebagai seorang
mahasiswa muslim di Indonesia. Kekhawatiran atas halalnya makanan pasti muncul.
Kebanyakan makanan luar negeri dicampur minyak babi. Saya juga tidak tahu bahan
yang digunakan. Tempat di dalamnya sangat bersih. Ditambah pelayan yang menggunakan
pakaian kimono. Umbul-umbul tulisan Jepang juga menambah kekhasan.
Dari salah
satu pelayan, saya mengetahui alasan kerja di resto Asia. Utamanya, karena
diasangat suka dengan Jepang. Tertarik pula dengan resto Jepang. Baru beberapa
tahun saja, dia sangat betah dengan kerjaannya. Dari situlah saya mendapat
pelajaran. Bahwa setiap pekerjaan didasari dengan rasa suka. Jika kita menyukai
pekerjaan itu. Entah berat atau ringan sebuah pekerjaan. Akan memberi
kenyamanan bagi diri kita sendiri.
Jangan pula berpikir
negatif dengan masakan luar. Tidak semua resto Asia menyajikan o;ahan babi. Tidak
semua embel-embel “halal” kita yakini. Maka dari itu, kewaspadaan dan
kekhawatiran sebaiknya tetap terjaga. Belum tentu tulisan “halal” menyajikan
makanan halal. Bisa jadi, resto tanpa embel-embel “halal” menyajikan olahan non
halal. Itu semua tergantung pada keyakinan kita atas olahan tersebut.
Jika keraguan
dan kekhawatiran muncul. Lebih baik, kita tinggalkan saja. Daripada makan
makanan tetapi tidak menikmati. Dalam Islam, keraguan menjadi patokan kita. Kita
ragu terhadap sesuatu, tinggalkan. Keraguan itu dapat diatasi dengan
bertabayun. Mencari asalnya sampai benar-benar hilang keraguan.
Kita bisa bertabayun
olahan makanan. Dengan melihat sendiri cara masakanya. Atau mungkin, bertanya
kepada chef. Apa saja bahan yang digunakan olahan tersebut. Bisa langsung to
the point. Menanyakan apakah olahan ini halal. Ketika saya makan di Hikaru
Dining. Saya yakin saya bahwa masakan itu halal. Karena, masakan Jepang
berbahan ikan mentah dan juga vegetarian.