NIM : 175231144
Kelas : PBS 2D
AL-MUWATHTHA’
LIL IMAM MALIK jilid 2
Penerjemah:
Muhammad Iqbal Qadir
Jakarta
:PustakaAzzam, 2010
MENJAGA
KEHORMATAN DIRI
Dalam kitab
Al-Muwaththa’lil Imam Malik الجزءالثا نى jilid
2 hlm. 998, telah di riwayatkan mengenai orang yang suka meminta-minta kepada orang lain.
وَ حَدُّ
ثَنِي عَنْ مَا لِكٍ عَنْ نَا فِعٍ عَنْ عَبْدِ ا اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولُ
ا الله ص م قَالَ, وَ هُوَعَلَى المِنْبَرِ , وَهُوَ يَذكُرُالصَّدَقَةَ
والتَّعَفُّفَ عَنِ المَسْأَ لَةَ : " الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌمِنَ
الْيَدِالسُّفْلَى , وَالْيَدُالْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ , وَالسُّفْلَى هِيَ
السَّا ئِلَةُ. "
أخرجه البخارىّ فى : 24- كتا ب الزكاه,18- با ب لاصدقة أِلاعن ظهر غى
ومسلم فى : 12- كتاب الزكاة , 32 – با ب بيا ن أن اليدالعلياخيرمن
اليد السفلى, حديث 93
DalamkitabterjemahanAl-Muwaththa’
jilid 2 hlm. 571,
وَ حَدُّ
ثَنِي عَنْ مَا لِكٍ عَنْ نَا فِعٍ عَنْ عَبْدِ ا اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولُ
ا الله ص م قَالَ, وَ هُوَعَلَى المِنْبَرِ , وَهُوَ يَذكُرُالصَّدَقَةَ
والتَّعَفُّفَ عَنِ المَسْأَ لَةَ : " الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌمِنَ
الْيَدِالسُّفْلَى , وَالْيَدُالْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ , وَالسُّفْلَى هِيَ
السَّا ئِلَةُ. "
Artinya :
Ia (Yahya) meriwayatkan kepada ku dari Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin
‘Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda saat sedang berada di atas mimbar menyinggung
tentang sadakah dan tidak meminta-minta untuk menjaga kehormatan diri, “ Tangan
di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan tangan di atas adalah orang yang berinfak, sedangkan tangan di bawah adalah orang yang meminta-minta.”
Dinuki loleh Al-Bukhari, pembahasan tentang zakat, bab “Tidak Ada Sadakah Kecuali dari Orang Kaya”, hadits Muslim, pembahasan tentang zakat, bab “Tangan di atas Lebih Baik daripada Tangan di bawah”
Menelaah hadits di atas, “Tangan di atas” artinya, member sesuatu yang kita punya kepada orang lain. Kita jauh lebih berharga dan terhormat. Karena kita telah mengeluarkan hak orang lain yang ada dalam harta kita. Dalam islam, istilah jaim dikenal dengan muru’ah atau menjaga kehormatan. Apabila kita menjaga kehormatan, akan mucul kewibawaan dalam diri kita. Sadakah memang dianjurkan dalam islam. Karena dengan kita mengeluarkan harta untuk orang lain dengan ikhlas, InsyaAllah, Allah SWT akan menggantinya lebih.
Seorang yang beriman, hendaknya bergantung kepada Allah SWT, bukan kepada manusia. Orang yang menjaga kehormatan dirinya, kelak Allah akan menjaganya. Diriseseorangakanmenjadimulia,
denganmenjaga image dirinya. Islam telah mengajarkan tentang bersadakah dan infaq. Orang yang bersadakah, akan di tinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Hidupnya jauh lebih tenang daripada orang yang meminta-minta.
Berbalik dengan “Tangan di bawah“ yang artinya menerima pemberian. Ketika kita menerima pemberian orang, tanpa kita sadari diri kita merasa hina dan tercela. Martabat kita jauh lebih rendah. Seperti pengemis, kerjanya hanya meminta-minta di lampu merah, took dan lainnya. Sama halnya dengan meminta sesuatu kepada orang lain. Dalam islam, meminta-minta haram hukumnya. Lebih baik sedikit dengan hasil jerih payah sendiri. Daripada banyak, tapi meminta-minta dengan wajah lemah.
Sudah jadi tradisi, apabila ada orang bepergian, pasti ada yang meminta sesuatu. Padahal meminta oleh-oleh, akan memberatkan beban orang yang bepergian. Seakan-akan hidup kita rendah dan tidak mampu membeli sendiri. Tanpa kita sadari, meminta sesuatu ke orang lain akan menurunkan derajat kita. Sebagai seorang muslim, tidak dibenarkan meminta sesuatu kepada orang lain. Lain halnya, jika kita diberi hadiah atau lainnya tanpa kita yang meminta. Pemberian itu boleh kita terima, karena tidak baik menolak pemberian orang. Bukan berarti kita yang meminta duluan.
Kehormatan diri kita akan hina, jika meminta-minta kepada orang lain. Image yang kita jaga sebelumnya, juga hancur akibat meminta-minta kepada orang lain. Senantiasa kita bersyukur dan merasa cukup atas pemberian Allah SWT. Kelak Allah akan mencukupkan kepada kita. Hindari juga sikap tamak, rakus dalam hati. Serta menjauhi diri dari ketergantungan kepada manusia. Jangan menuruti hawa nafsu untuk meperoleh sesuatu. Jatuhnya, kita nanti akan meminta-minta kepada orang lain.
Kondisi Kitab Al-Muwaththa’ jilid 2 terdiri dari 728 lembar. Dengan cover HC atau tebal serta kertas berwarna putih. Kitab Al-Muwaththa’ jilid 2, di
terjemahkan oleh M. Iqbal Qadir. Kitab asli Al-Muwaththa’ jilid 2 dimulai dari halaman 443-1061, dengan cover HC. Kitab Al-Muwaththa’ jilid 2
menggunakan kertas berwarna putih kusam. Kitab Al-Muwaththa’ di tulis oleh Imam Malik bin Anas.
Imam Malik, seorang Imam Mahdzab dikenal dengan kitab Al-Muwaththa’. Bernama asli Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin
Amr bin Al-Harits bin Ghaiman bin Hasyat bin Amr bin Harits. Beliau lahir pada tahun 93 H di Madinah. Pendiri Mahdzab Maliki ini sangat fasih dalam ilmu fiqh dan hadits. Membutuhkan waktu 40 tahun untuk menyelesaikan kitabnya.
Beliau menerima 900 hadits dari gurunya. Selain itu, terdapat pula 300 hadits dari para thabi’in. Diantara guru yang ia dapati, salah satunya Nafi’bin Abi Nu’aim dan Az-Zuhri. Serta muridnya bernama Ayyub bin Abu Tamimah As Sakhtyani dan Imam Asy Syafi’i. Kitab Al-Muwaththa’ berisi mengenai problematika fiqh, akhlak dan hadits lainnya. Keshahihan hadits yang ia tulis telah diuji.
Seperti Imam Syafi’i mengangap, kitab Al-Muwaththa’ sebagai kitab yang mengandung kebenaran setelah Al-Qur’an. Hal ini karena, Imam Malik sangat tegas dalam menerima hadits. Karena penyakit yang dideritanya, selama tujuhtahun, Imam Malik tidak berkunjung ke Masjid Nabawi. Pada 179 H, Imam Malik
wafat di usia 85 tahun. Beliau di makamkan di Jannatul Baqi’, Madinah.
Dalam studi islam klasik, meminta-minta kepada orang lain tidak di benarkan. Seperti halnya meminta oleh-oleh kepada orang yang bepergian. Meminta-minta dalam islam sangat dilarang dan haram hukumnya. Hendaknya kita bersyukur dengan apa yang kita punya. Belum tentu yang dimintai lebih mampu dari yang meminta. Saat kita meminta, apakah pernah kita berfikir keadaannya? Iyakalau yang dimintai sanggup dan punya.
Tapi bagaimana jika yang kita mintai kesusahan? Atau bahkan ada yang berhutang demi orang yang meminta? Na’udzubillah…Janganlah menjadi beban bagi saudara sendiri. Hendaknya kita meringankan beban saudara kita. Menolong,bersadakah, berinfaq kepada orang yang membutuhkan.
Membutuhkan proses panjang mencari kitab Al-Muwaththa’. Dari mulai menemukan kitab terjemahan hingga kitab asli. Kesan pertama saat membuka kitab Al-Muwaththa’ yang asli, adalah pusing dan bingung. Daftar isi antara kitab asli dan tarjim berbeda. Pandai-pandai kita menguasai kosa kata bahasa arab. Dengan kerja keras mengkaji Kitab Al-Muwaththa’ jilid 2, penulis berharap semoga kajian ini bermanfaat bagi kita semua. Dan bias menjadi pembelajaran untuk diri yang lebih baik.